Selasa, 10 Februari 2009

Kutunggu Datangnya Cinta

Karawang, 30 Januari 2009 :22:13
Senja merekah meninggalkan pagi
Menyambut malam yang kian sunyi
Semilir angin menyapa bermandikan rintik-rintik hujan
Bintang-bintang tak lagi menari-nari di angkasa

Hanya awan hitam kelam mewarnai cakrawala
Malam yang beku dan bisu

Namun anganku terus melayang
Mencari sesuatu yang telah hilang
Hilang bagai tertelan bumi, karam di tengah samudera

Aku tunggu kedatangannya kembali
Di waktu yang tepat
Saat aku telah meraih asa dan cita

Sabtu, 07 Februari 2009

YOU MUST BE BETTER AFTER YOU WAS BROKEN HEARTH

Dikutip dari buku “Jangan Pernah Katakan Makan Tuh Cinta, Cara Bijak Menyembuhkan Diri Saat Kebersamaan Harus Berakhir”

Apakah kita cukup terlatih dalam menyikapi makna sebuah cinta? Cinta bukanlah kata, bukan teori, bukan sekedar pengetahuan, tapi tindakan nyata. Orang boleh pakar dalam ilmu cinta kasih, namun bukan pengasih sejati jika tidak berbuat seperti apa yang diketahuinya. Orang boleh bodoh soal teori cinta, tetapi jika kasih suci keluar dari dirinya, maka dialah pecinta sejati.

Bila kekecewaan dan kegagalan mendera, kelompok pertama akan bilang: “ makan tuh cinta!,” sambil tersengal mengutukinya. Sebaliknya, pada kelompok kedua akan dengan tulus berkata, “Demikianlah cinta…”
Datang dan perginya cinta, tak seorangpun dapat mengatur sejuta rasanya bila menghampiri, hancur perasaan bila ditinggal pergi. Secara psikologis, kegagalan cinta merupakan kondisi kejiwaan dimana tidak terjadi kesesuaian antara angan-angan, harapan dan kenyataan. Sikap bijak diperlukan untuk bisa menerima sebuah kegagalan sebagai terapi penyembuhan jiwa dan peneguhan hidup bahwa tidak ada yang salah dalam cinta. Yang ada hanya atas nama sesuatu yang lebih baik, kebersamaannya sajalah yang harus berkahir. Kuncinya: kenang, kananglah kebaikan cinta!

Menurut Erich Fromm, seorang psikoanalis, cinta hanyalah memberi. Memberi adalah ungkapan kemampuan atau potensi yang paling tinggi. Dengan melihat orang yang dicintai bahagia, tumbuh dan berkembang secara fisik, psikis dan spiritual, maka kitapun akan bahagia. Bahagia semacam ini muncul karena kita merasa mampu dan berarti bagi orang lain. Menurut Fromm, cinta yang berprinsip pada take and give bukanlah cinta sejati, melainkan cinta dagang. Pengorbanan waktu dan energi menjadi ciri cinta rasional.
Fromm menjelaskan bahwa ada beberapa unsur cinta:
1.Care/peduli, jika kita mencintai seseorang, kita harus menaruh perhatian serius pada kebahagiaan dan perkembangan pribadinya.
2.Bertanggungjawab. Artinya, siap memenuhi kebutuhan psikis orang yang dicintai dan membuatnya bahagia.
3.Hormat, maksudnya kita mampu memandang dan menerima orang yang kita cintai dengan apa adanya baik buruknya.
Cinta terbaik sering lahir dari persahabatan. Usahakan mendapat teman dan kenalan baru setiap hari dalam minggu ini. Beri orang-orang kesempatan, tapi jangan lupa insting anda. Jadilah detektif bagi diri sendiri, terutama kebutuhan-kebutuhan anda sendiri. Bentuk kebahagiaan di masa depan sepenuhnya tergantung anda. Andalah seniman yang akan memberi warna kehidupan anda sendiri. Beri kebebasan pada diri sendiri yang anda perlukan untuk menemukan kecantikan dalam diri anda.

Cara-cara yang dapat membantu membebaskan diri dari beban depresi, antara lain:
1.Tentukan sasaran yang wajar-wajar saja. “Orang yang mempunyai cita-cita atau keinginan untuk berhasil tidak begitu mudah menderita depresi dibanding mereka yang tidak mengharapkan apapun,” kata Dennis Gersten, M.D seorang psikiater yang berpraktik di San Diego. Buat daftar sasaran yang ingin anda capai. Bagi daftar tersebut dalam bagian-bagian yang memudahkan anda menentukan mana yang harus dikerjakan pekan ini, bulan ini, tahun ini, dan mana yang mempunyai rentang waktu lima tahun. Letakan daftar tersebut di tempat yang selalu kelihatan, misalnya di pintu lemari, dan beri tanda sasaran-sasaran yang telah berhasil dicapai. Cobalah memperbarui daftar sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan.

2.Berusaha untuk tetap sibuk. Apabila anda dapat terus menyibukan diri mengerjakan apapun seperti mengurus pekarangan, bermain tenis atau kegiatan lain, akan mencegah anda dari terlalu memikirkan apapun yang membuat anda merasa gundah.

3.Mengembangkan selera humor. Humor merupakan obat yang paling mujarab. Gunting kartun-kartun, artikel-artikel lucu dari majalah atau surat kabar, kemudian simpan dalam map yang mudah anda temukan ketika suasana hati sedang murung.

4.Biarkan air mata mengalir (terutama bagi laki-laki). Lupakan pandangan lama bahwa anak laki-laki tidak boleh menangis. Menangis mungkin merupakan salah satu cara melepaskan beban emosi ketika suasana hati anda sedang buruk, kata Kimberly Yonkers, MD, profesor psikiatri di University of Texas Suothwestrn Medical Center di Dallas.

5.Bersandar kepada teman. Teman atau kerabat tentu pernah membantu anda ketika sakit, pernah bercanda bersama pada saat santai, dan pernah merasakan kecemasan saat anda menghadapi kesulitan. Kinipun mereka dapat membantu asalkan anda tidak keberatan. ” itu tidak berarti meminta mereka memecahkan masalah-masalah anda,” kata Dr. George. ” Anda hanya meminta mereka mendengarkan, memberikan anda mengeluarkan seluruh kekesalan dan memberikan dukungannya.”

6.Banyak makan karbohidrat. Sekurangnya sekali dalam sehari cobalah makan makanan yang sangat kaya dengan karbohidrat kompleks, tetapi miskin protein. Karbohidrat kompleks seperti yang terdapat pada nasi, pasta dan kentang, bisa sangat meningkatkan kadar serotin dalam otak anda, kata Judith Wurtman, Ph.D. peneliti di Massachusetts Institute of Technology di Cambridge. Serotin adalah bahan kimia otak yang membuat suasana hati anda stabil.

7.Memeras keringat. Olahraga merupakan cara yang mujarab untuk meredakan depresi. Latihan aerobik seperti berjalan cepat, berlari, berenang, atau bersepeda secara kimia mempengaruhi otak sedemikian rupa sehingga sering dapat membalik keadaan meskipun depresi tergolong berat. Dalam hal ini tidak perlu olahraga serius, anda hanya memerlukan latihan aerobik 20 menit sehari, tiga kali seminggu.

Rasakan kebebasan itu seorang diri, lakukan apa saja yang anda anggap positif dan yakinlah hanya keteguhan anda yang paling bisa menolong diri anda sendiri! Maka optimislah!
1. Lebih baik menunggu orang yang diinginkan daripada berjalan bersama orang yang tersedia.
2. Lebih baik menunggu orang yang kucintai daripada orang yang berada disekelilingku.
3. Lebih baik menunggu orang yang tepat karena hidup ini terlalu singkat untuk dibuang hanya dengan seseorang.

INDAH PADA WAKTUNYA, INGATLAH ITU! YAKINLAH AKAN DATANG KEBAHAGIAN ITU BERSAMA ORANG YANG KUCINTAI DAN DIA BENAR-BENAR MENCINTAIKU KARENA ALLAH. By. Rosanah Murni

Minggu, 01 Februari 2009

ORANG MISKIN JUGA BISA KULIAH

Dinginnya malam pada musim kemarau kali ini begitu menusuk sampai ke sumsum tulangku. Karawang merupakan daerah dataran rendah, sehingga suhu udaranya cukup panas. Jika musim hujan, malam terasa begitu hangat, tetapi dikala musim kemarau menyapa, siang hari cukup panas, namun ketika sore seiring matahari terbenam di ufuk Barat sampai jam 9 pagi, dinginnya udara masih terasa.
Gempol Kolot merupakan sebuah desa tempat kelahiranku. Desa ini terletak di ujung Timur Kabupaten Karawang yang berbatasan dengan Kabupaten Subang. Mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani, sisanya ada yang menjadi buruh serabutan, pedagang, PNS, dan lain-lain. Hamparan tanaman padi akan terlihat di setiap sudut desa.

Malam ini mengingatkanku akan dinginnya malam di kaki Gunung Bromo pada saat aku mengikuti kegiatan KKL yang pertama kali tahun 2006 silam. Kami mahasiswa Jurusan Geografi dari angkatan 2003-2005 Universitas Negeri Jakarta mengadakan KKL akbar di Desa Ngadisari yang terletak di kaki Gunung Bromo, Jawa Timur. Sungguh indah pesona Gunung Bromo, apalagi ketika melihat viewnya pada saat sunrise dan sunset. Subhanallah, endah pisan euy, elok tenan, wonderful, indah banget deh. Tak bisa kulukiskan dengan kata-kata. Ketika kupandangi langit indah, sungguh indah bintang-bintang itu menghiasi angkasa, cahyanya berkerlap-kerlip layaknya lampu diskotik metropolitan. Ya, walaupun aku belum pernah menginjakan kakiku di diskotik dan aku tak mau, karena itu salah satu pantangan bagiku, tapi aku sudah pernah melihatnya pada tayangan sinetron yang tidak memiliki pesan moral kepada para penonton di rumah. Suguhan di TV banyak yang tidak mendidik dan sebagian orang justru malah meniru hal-hal yang tidak baik. Kadang aku sebel melihatnya, termasuk sebagian orang yang ada di desaku, mungkin di berbagai tempat lainnya. Gaya hidup materialistis, hedonis, terjerat pergaulan bebas, narkoba, lifestyle ala orang kota bahkan ala Barat, tetapi kualitas dirinya ndeso, katro “Klo kata Tukul”. Maafkan jika ada yang tersinggung dengan tulisan ini, tetapi inilah apa yang kulihat, kudengar, dan kurasakan selama ini.

Orang miskin memang suka dipandang sebelah mata di manapun ia berada. Ayahku hanya seorang buruh, kadang jadi buruh tani, kadang jadi buruh di tempat penggilingan padi, kadang jadi tukang pijat, kadang bergulat dengan tanah untuk membuat batu bata. Ibuku selain sebagai ibu rumah tangga, tetapi beliau sangat setia mendampingi ayah dalam mengerjakan tugasnya. Penghasilan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, karena memang pemasukan tak seberapa, sementara kami sekeluarga ada 6 orang. Sungguh angka beban ketergantungan di keluarga kami begitu tinggi.

Aku bangga kepada kedua orang tuaku, karena mereka para pekerja keras, para mujahid keluarga, para pahlawan bagi anak-anaknya. Jasa mereka begitu besar dan banyak laksana air di samudera dan bintang-bintang yang bertaburan di langit malam, sehingga aku tak mampu membalasnya. Walaupun demikian aku ingin berbuat yang terbaik untuk mereka, ingin membuat mereka bahagia dan tak ingin melihat mereka membanting tulang sampai usia mereka senja. Aku bangga kepada orangtuaku, tetapi aku tak ingin seperti mereka, aku ingin lebih baik dari mereka, yaitu mendobrak gerbang kemiskinan dengan pendidikan. Ayahku bersekolah hanya sampai kelas 2 SD dan ibuku hanya sampai kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah/setingkat SD sedangkan kakakku hanya lulusan SD. Kakakku menyerah kepada kemiskinan yang membelit keluarga kami. Waktu aku baru duduk di kelas 1 SD, padahal dia sudah didaftarkan ke SMP, tetapi lebih memilih bekerja membantu bapak. Aku sebagai anak ke-2 seperti tulang punggung keluarga karena masih punya dua adik perempuan yang kini duduk di kelas 2 SD dan kleas 1 SMP. Aku ingin kedua adikku bisa melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi seperti diriku.
Ada sebagian orang yang mencibirku karena melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. “Ngapain perempuan sekolah tinggi-tinggi? Ntar juga ujung-ujungnya ke dapur”. Aku terima dan dijadikan cambuk bagiku klo apa yang mereka katakana itu tidak sepenuhnya benar. Berbeda dengan ibuku yang terlalu perasaan ketika ada orang yang mencibir, bahkan sampai meneteskan airmata. Namun aku meyakinkan beliau agar tidak gentar. “Bu, mohon doanya aja! Ingat dimana ada kemauan, pasti ada jalan, dimana ada kesulitan, pasti akan ada kemudahan, Allah SWT akan senantisa membantu kita, kan Ros dapat beasiswa” aku nyerocos. “O ya, Ros janji, klo kuliah nanti kan mau kuliah sambil kerja”. Lidahku bergoyang-goyang lagi mengeluarkan kata-kata maut agar ibuku semakin yakin, karena pada awalnya dia tidak setuju aku kuliah. Ibuku menginginkan agar aku bekerja membantu mengurangi beban orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidup. Ada juga ko orang yang mendukung untuk terus sekolah sampai ke perguruan tinggi, terutama guru-guruku, teman-temanku. Maafkan aku ibu karena baru jujur setelah aku menyelesaikan administrasi untuk masuk kuliah. Hal ini aku lakukan agar ibuku merestui dan memang akhirnya merestui setelah temanku meyakinkan beliau agar tidak usah khawatir tentang biaya kuliahku. “Ibu, tidak usah khawatir akan biaya kuliah Ros, karena sudah ada yang membantu yaitu Umi Rahma dan Abi Musa” Fani berkata kepada ibuku dengan penuh khidmat. Ibuku agak tenang mendengar perkataan temanku itu. Meskipun tidak dibantu sepenuhnya oleh Umi dan Abi, tetapi mereka telah membantu pada awal masuk kuliah untuk biaya registrasi, termasuk guru geografi SMA. Maklum, beasiswa yang telah dijanjikan tidak langsung cair pada saat dibutuhkan. Terimakasih Umi, Abi, Bu Inti, dan Fani karena telah menjadi pembuka jalan untukku menuju gerbang perguruan tinggi.

Malam semakin larut, namun mataku tak jua terpejam. Aku membaca antologi cerpen saja sambil mendengarkan musik dari radio. Tak lama kemudian terdengar suara sayup-sayup orang yang melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Kumatikan saja radio dan berhenti membaca seraya mencari sumber suara orang mengaji. Ternyata suara itu ada di depan rumahku. Ya, Bi Nur tetanggaku yang mengaji malam-malam, bukan malam sih, tepatnya pagi buta, karena waktu menunjukan pukul 2 pagi. Jadi teringat kejadian tadi pagi, kira-kira jam 8 setelah aku selesai mencuci baju, karena kedinginan aku berjemur di depan rumah dan Bi Nur menghampiriku, sepertinya ada hal penting yang ingin ia sampaikan. Bi Nur curhat tentang anaknya yang ingin masuk ke SMA. Singkat cerita, Bi Nur mengalami hal yang sama dengan ibuku dulu, yaitu takut tidak bisa membiayai sekolah anaknya karena faktor ekonomi.

Gimana ga jadi orang miskin, penghasilan sedikit tetapi beban tanggungan banyak. Makanya aku tak ingin jadi tukang kuli dan terlalu banyak anak seperti orangtuaku dan kebanyakan orang desa lainnya. Walaupun demikian aku tetap bangga kepada orang tuaku, miskin ilmu, miskin harta, tetapi tidak miskin moral seperti para pejabat yang korup. Mereka kaya harta, tetapi miskin akhlak dan miskin moral. Demi kepentingan pribadi ataupun golongan, mereka rela menjual kejujuran dan menggadaikan kesejahteraan rakyat miskin. Seharusnya rakyat miskin terbantu dengan anggaran-anggaran yang telah ditetapkan pemerintah, tetapi karena keserakahan para pejabat yang korup itu, rakyat miskin makin miskin dan hidupnya makin terhimpit.

Hari ini adalah hari Senin dan aku memutuskan untuk puasa sunah. Makan sahur sambil mendengarkan Bi Nur mengaji. Makin hari, apa-apa serba mahal, dan Bi Nur juga sempat putu asa untuk menyekolahkan anaknya ke SMA. Setelah sharing denganku tadi pagi, akhirnya Bi Nur tekadnya bulat untuk menyekolahkan anaknya. Di pagi ini Bi Nur bermunajat kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam agar diberi kelancaran dalam membiayai sekolah anaknya sampai lulus SMA kelak. Sungguh, ibu-ibu memang superhero, termasuk ibuku lho. Ibuku juga sering bangun malam untuk melaksanakan sholat tahajud, hajat dan mengaji seraya mendoakan anak-anaknya agar menjadi orang sukses, berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Aku juga tentunya. Walaupun tidak rutin setiap malam, tetapi menyempatkan diri untuk sholat malam untuk menumpahkan segala isi hati dan bermunajat kepada Allah SWT agar setiap langkah yang aku tempuh mendapat ridho dan selalu mendapat petunjuk serta lindungan-Nya. Allah SWT yang memiliki hidup dan manusia memiliki kehidupan. Manusia hanya bisa berusaha semaksimal mungkin dengan mengerahkan segenap kemampuan yang ada, berdoa dan bertawakal kepada Allah SWT dan Dialah yang menentukan. Jika hasilnya seperti yang diharapkan, bersyukurlah dan jika tidak, tetap bersyukur karena setiap keberhasilan dan kegagalan pasti ada hikmahnya.

Kini aku sudah duduk di bangku kuliah semester 7, tinggal beberapa langkah lagi untuk mendapatkan gelar sarjana. Terimakasih ya Allah, keluargaku, guru-guruku, sahabat-sahabatku dan semua orang yang telah membantuku dalam kelancaranku menuntut ilmu hingga bangku kuliah.

Mimpiku seperti bintang di langit malam ini. Ketika satu telah kuraih, masih ada bintang lain yang ingin kupetik. Hingga akhir hayat, kuingin terus menggapai bintang-bintang itu sampai tak tersisa dan semuanya ada dalam genggamanku untuk kurangkai menjadi sebuah kata” HIDUP ITU INDAH. JALANI, NIKMATI, HAYATI DARI SETIAP APA YANG TERJADI, PASTI ADA HIKMAHNYA. SUNGGUH BESAR ANUGERAH YANG ALLAH SWT BERIKAN KEPADAKU. AKU YAKIN ALLAH SWT AKAN SELALU BERIKAN YANG TERBAIK UNTUK SETIAP HAMBANYA SELAMA ADA DI JALAN-NYA YANG LURUS”.